Membenci yang Tidak Kita Ketahui

dinda estu
2 min readSep 15, 2019

Api tak akan berhenti, jika kita terus beradu pandai menghakimi

apa yang paling mudah dari tindakan yang bisa kita lakukan di dunia ini? Ialah membenci.

mengetahui adalah penyakit paling parah, jika kita tidak ikut bertindak dalam sebuah kejadian fatal. Mulai dari 2 bulan yang lalu, saudara kita sudah reasah karena kebakaran yang tak kunjung usai. Sampai kinipun, saudara kita di Riau dan Kalimantan tetap sulit bernafas.

Mata mereka perih, dada mereka sesak. Anak-anak harus tetap bersekolah, bagian kesehatan kelimpungan, korban setiap hari bertambah. Ya, pemerintah kita gagal menangani kasus yang sudah terjadi sejak tahun 1996 hingga sekarang. Lalu? menyalahkan dan terus memberondong mereka dengan hujatan tak akan menghentikan masalah. Mari kita behenti berpangku tangan dan menunjuk siapa dalang dari kebodohan ini. Mari kita berefleksi dan mencari solusi dari kabut asap yang akan segera menyandra negeri lain pula.

Sampai kapan kita menjadi mudarat, bukan hanya bagi diri, tapi bagi orang lain pula? Bagi kawan-kawanku ikut membaca keresahan ini. Mari kita sebarkan berita, bahwa ini sudah berbahaya. Sembari membagikan masker, jika perlu kita galang dana yang tak digunakan oleh pemda, malah dibuatnya plesir ke negara tetangga. Jangan sampai kita putus urat malu, dan lari dari tanggung jawab, bahwa “kita tahu dan harus bertindak”.

Tentu saja, sebenarnya kita tak perlu keluar dana. Tapi, lihatlah apa APBD yang dibuat pemda berguna untuk menangkas masalah tahunan ini? Apa masyarakat yang juga tidak tahu menahu bahwa suhu dunia mencapai batas tertinggi tahun ini. Gesekan ilalang saja dapat menjadi masalah besar yang menumbalkan saudara sendiri. Jujur, saya lelah saling menyalahkan.

Daerah memiliki otonomi, pemerintah hanya boleh ikut campur ketika mereka tak dapat mengatasi. Ketika pemerintah pusat melakukan tindakan lain, mereka bilang itu intervensi. Tetap, ini semua salah rezim Jokowi kata mereka. Kata mereka presiden diam, sedang mereka tak tahu pergulatan dalam istana.

Saya menyerah, menjadi pengeluh yang terus mencari dalam kambing hitam. Saya mengajak siapapun yang membaca, menggandeng tangan saya untuk melakukan tindakan. Berusaha untuk melakukan pertanggungjawaban layaknya manusia yang memiliki akal, saya tidak ingin tinggal diam ketika saudara saya tenggelam dalam asap tak berkesudahan.

maukah anda?

--

--